-HEADLINE-
BBM Me
Join This Site
XkresssX Technology Is Valid HTML5
  • Keep Strong And Fight Back
  • Gia48

Popular Post

Posted by : gia August 11, 2013

Nabilah Ingin Rena Kembali





Hujan menyamarkan setiap tetes air mata Nabilah, Guntur seakan berbaur menemani tiap isakan tangis Nabilah, petir bahkan tak menjadi masalah lagi bagi Nabilah. ia terus berjalan menembus lebatnya hujan saat itu. Setiap mata melihat kearah Nabilah, tak ada setitik dari seragam sekolahnya yang kering, semuanya basah karena hujan. Bebarapa orang merasa begitu iba melihat Nabilah yang berjalan ditengah hujan dengan isakan tangis, semua orang bisa mengetahui bahwa Nabilah sedang benar-benar sedih. Kemudian saat Nabilah berada di salah satu kuburan ,Hujan mulai berhenti menyisakan beberapa tetes air. Nabilah kembali mengingat kejadian dimana sahabatnya benar-benar pergi untuk selama-lamanya tanpa mengucapkan sepatah kata untuknya. 
 Sebulan yang lalu saat terik panas benar-benar menyengat kulit, Nabilah dan sahabatnya yang bernama Rena yang sudah ia kenal sejak kecil tengah berjalan dipinggir jalan dekat sekolah, mereka baru saja pulang sekolah. Saat itu Nabilah melakukan aksi diam seribu bahasa kepada sahabatnya itu  
“ngambek jangan lama-lama dong , aku harus minta maaf berapa juta kali sih biar kamu ga marah lagi..? Aku akan terus mengikutimu sampai kamu maafin aku! ” Keluh Rena merasa bersalah karena tanpa sengaja menjatuhkan Handphone Nabilah hingga rusak. 
 “hey. Denger dong!” pinta Rena sambil menepuk pundak Nabilah  
“jangan sentuh aku ! ” 
bentak Nabilah sambil mendorong pelan sahabatnya itu kemudian berjalan lebih cepat saat menyeberang agar sahabatnya itu tertinggal jauh dibelakangnya, tepat saat Nabilah tiba ditrotoar, lampu hijau pun menyala, tanpa disadari Rena yang tengah berlari mengejar dirinya.  
 *PIIIIIIPPPP*   
suara klakson begitu nyaring ditengah keramaian lalu lintas berbarengan dengan suara teriakan Rena dan seketika suasana jalanan menjadi sangat riuh, semua orang  berlarian menuju ketengah jalan kearah sumber teriakan tadi. Nabilah ingin teriak, menangis sekeras- kerasnya tapi semua itu tertahan di tenggorokan, nafasnya memburu , dadanya begitu sesak dan tubuhnya terjatuh lemas memandang kerumunan orang tak percaya, beberapa menit kemudian pandangan Nabilah kabur entah karena air mata atau kerena kepalanya begitu pusing melihat kejadian yang baru saja terjadi didepan matanya. 
 Saat bangun Nabilah sudah berada dirumah sakit, menemukan sosok kedua orang tuanya dan orang tua Rena . 
“bagaimana keadaan Re...”  
belum sempat Nabilah menyelesaikan pertanyaan tiba-tiba saja Mama Rena menangis memeluk suaminya, ibu Nabilah memandang anaknya dengan tatapan sedih, sedangkan Papa Nabilah langsung memeluk diri Nabilah sambil mengelus kepalanya. Tentu saja Nabilah langsung mengetahui apa yang baru saja terjadi. 
 “ga mungkin ! Bilang pah, ! apa yang Nabilah pikirkan itu salah. Ayooo bilang pah !!”  jerit Nabilah berderai air mata, ia melepaskan pelukan Papanya kemudian menangis histeris , melepas selang infuse ditangannya lalu berlari melewati pintu kamarnya. 
 “Nabilah !!” panggil Papanya langsung memeluk anaknya itu, membiarkan Nabilah meronta dalam pelukannya, membiarkan Nabilah menangis memukul-mukul dadanya. 
 “Papa lepaskan. Aku ingin melihat Rena. Ia pasti ada disalah satu kamar ini !!”  
tangis Nabilah semakin menjadi-jadi, dadanya kembali sesak, kepalanya terasa begitu berat, ia begitu lemas bahkan butuh perjuangan untuk tetap mempertahankan tubuhnya berdiri. 
 “sabar sayang…” ucap Papa Nabilah sambil mengelus punggung anaknya. 
 “Rena berjanji akan terus ada disamping aku sampai aku maafin Rena. Aku belum maafin Rena sampai aku melihatnya. Jadi Rena tidak mungkin pergi !!”  ungkap Nabilah masih terus menangis. 
 Melihat tingkah Nabilah, membuat orang tua Rena kembali bersedih teramat sedih mendapatkan sosok sahabat Rena sedang menangis histeris mencari sosok anaknya yang sudah berada jauh dari mereka semua.  
“ini semua karena aku pah. tante om maafin Nabilah, tante om boleh marah pada Nabilah. Harusnya Nabilah yang ada di posisi itu, om tante !” Nabilah manyalahkan dirinya, ia benar- benar membenci dirinya. 
 “bukan nak. Om dan tante tidak akan menyalahkanmu. Semua ini karena takdir” ucap orang tua Rena sambil mengelus kepala Nabilah kemudian membawanya kembali kekamar.    
…..     
 Nabilah kembali melihat nisan didepannya, setiap kali mengingat kejadian itu dirinya merasa seperti separuh dari hidupnya telah pergi. 
  “happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday, happy birthday Rena” Nabilah menyanyi dikuburan sahabatnya, memeluk nisan yang mengukir nama Rena. 
 “Lihat ni aku bawain kue kesukaan kamu Ren” ucap Nabilah sambil menangis, entah sudah berapa jam Nabilah berada di pusara sahabatnya. Orangtua Nabilah tiba-tiba muncul dari belakang. 
 “ayo kita pulang sayang..” ajak mamanya sambil menahan tangis, betapa sedih mamanya melihat sosok anaknya yang kini menjadi rapuh, terkadang mendapati anaknya menjerit, menangis, melamun, jatuh sakit, dan tidak nafsu makan. 
 “Nabilah tidak mau pulang. Nabilah lagi ngerayaain ulangtahun Rena ma”, tunjuk Nabilah kearah batu nisan yang terukir nama Rena. 
 “ia sudah tidak ada sayang. sampai kapan kamu akan begini.. Pulang yah” bujuk mamanya lagi berusaha tegar     “tidak ! Nabilah akan terus disini, nemenin dia. Ia pasti sedih ngerayain ulang tahun sendiri” jelas Nabilah .  
Tanpa  menunggu. Papa Nabilah lalu tiba-tiba menggendong anaknya menuju mobil, Nabilah terus meronta_ronta 
  “lepass !” jerit Nabilah sambil memukul Papanya, tapi permintaan Nabilah tidak ditanggapi Papanya,   ia malah dimasukan ke mobil kemudian mobil itu melaju kencang meninggalkan pusara sahabatnya. 
 “kalian jahat !” jerit Nabilah marah sambil memandang keluar.  
 “sampai kapan kamu akan terus begini nak?” tanya Mama Nabilah , tapi pertanyaan itu tidak dijawab oleh anaknya.  
 Sesampainya dirumah Nabilah langsung masuk kamar, kemudian terdengar suara dari kamar Nabilah, suara barang-barang yang di lempar ke arah dinding. 
 “kenapa bukan aku yang ada dalam kuburan itu? Kenapa kamu pergi tinggalin aku Ren? Kalau kamu bosan denger cerita aku, bosan ngeliat aku, kalau kamu tidak suka aku contekin bilang dong , tidak usah begini caranya. Tidak usah siksa aku begini. Kalau masalah Handphone aku belum mau maafin kamu sampai kamu hadir dihadapan ku, makanya kamu kembali dong !” teriak Nabilah sambil menangis . 
“Nabilah, buka sayang !” pinta Papanya sambil terus menggedor pintu kamar Nabilah.  
Karena tidak mendapat jawaban akhirnya Papa Nabilah mendobrak pintu kamar Nabilah lalu kemudian menyuruh istrinya mengambil suntik. Papa Nabilah memegangi tubuh Nabilah dan kemudian mamanya menyuntikan obat penenang yang membuat Nabilah merasa lelah dan mengantuk, setelah itu Nabilah pun tertidur.  
Dalam sebulan Nabilah sudah disuntik obat penenang sebanyak 5 kali, ia pun tidak pernah masuk sekolah sejak kepergian Rena. Orangtua Rena pun telah kembali ke Jepang berusaha melupakan bayangan anaknya. 
 Mama nabilah menangis memandangi anaknya yang kini sedang tertidur, ia mengerti kedekatan Nabilah dan sahabatnya, mereka sudah bersama sejak umur 5 tahun tentu saja bukan hal mudah untuk menerima kalau sosok sahabatnya kini berada dialam yang berbeda. Sepanjang malam MamaNabilah terus berada disamping anaknya sambil memegangi tangan anaknya, Mama nabilah berusaha mengingat sosok anaknya yang dulu, yang ceria, semangat kesekolah, selalu menjadi penyemangat untuk dirinya dan suaminya , terkadang bisa menjadi sangat bijak dalam menyikapi masalah. Tapi kini, ia bahkan tidak mengenal lagi sosok yang tengah tidur didepannya. 
 Saat bangun Mama nabilah tidak menemukan sosok anaknya didalam rumah, Papanya pun sudah mencari ke pusara sahabat anaknya tapi tidak juga ketemu, disekolah pun tidak ada, Nabilah tidak pernah menghilang. 
  “kemana kamu nak?” tanya mamanya sambil terus menangis, didalam mobil Mama nabilah terus gelisah. 
 “tenang ma, Nabilah pasti tidak apa-apa” ucap Papa nabilah berusaha menenangkan istrinya ,  
Mama nabilah tampak pucat tubuhnya lemas memikirkan anaknya melakukan hal yang tidak- tidak. Segala tempat yang dulu Nabilah dan sahabatnya datangi sudah didatangi oleh orang tua nabilah tapi anaknya toh tidak juga ketemu, hingga jam 14:15 siang, orangtua Nabilah kembali melewati sekolah anaknya, menunggu kalau saja Nabilah tiba-tiba keluar dari sekolah , entah apa yang membuat Papa nabilah yakin kalau anaknya akan berada disekolah atau sekitar sekolah, ia merasakan anaknya tidak jauh. Sudah banyak anak yang keluar dari gerbang sekolah tapi Nabilah tidak juga muncul. 
 “NABILAAAH” teriak Mama nabilah kemudian keluar dari mobil berlari mengejar anaknya yang ternyata terlihat sedang berjalan di jalan raya saat lampu hijau. Mama dan Papanya histeris melihat pemandangan mobil yang melaju dengan cepat kearah Nabilah.  
 *PPPIIIIIPPPPP*  
 “Nabilaaaah !!!!!”   
teriak Mama dan Papanya masih berlari berusaha menarik anaknya yang begitu jauh dari jangkauan mereka , teman-teman dan murid dari sekolah Nabilah seketika berhenti melihat sosok yang mereka kenal.  
 “GILAAA. Kamu mau mati yah? Kalau mau mati jangan disini” maki pengemudi yang hampir saja menabrak Nabilah tapi untung saja pengemudi tadi sempat me nge-rem mobilnya, dalam sepersekian detik Nabilah sudah ditarik menepi menjauh dari jalan raya.  
 “apa-apaan kamu !” maki sang Papa panik, tapi Nabilah hanya diam terpaku, tak lama kemudian Mama nabilah yang sedari tadi diam sambil memeluk Nabilah kini jatuh pingsan.  
“maaa….” panggil Nabilah,   
Nabilah dan Papanya segera membawa sang Mama kerumah sakit. Nabilah menangis disamping tempat tidur mamanya. ia menyadari kebodohannya selama ini, menyalahkan diri sendiri, menyangkal bahwa tidak ada yang namanya takdir kehidupan, tenggelam dalam
kesedihan sendiri dan melupakan bahwa ada yang terpukul melihat kondisinya seperti sekarang yaitu kedua orang tuanya, 
 ia bahkan melupakan bahwa ia masih memiliki tempat bertopang , ia terlalu lama mengabaikan ke-khawatiran orang tuanya hanya karena merasa dirinya bersalah atas kematian Rena. Toh kematian sahabatnya itu karena takdir dan itu semua bukan karena ia, jika memang karena ia, harusnya tadi ia juga sudah meninggal, tapi ajalnya belum saatnya maka mobil itu pun tidak menabraknya,  
mungkin bisa saja waktu itu Rena juga selamat sama seperti hari ini  ia selamat, tapi ajal sahabatnya memang sudah tiba. Nabilah berpikir seharusnya ia tidak seperti sekarang mencoba bermain dengan nyawanya, menangis, histeris, melamun, semua itu tidak ada gunanya, sahabatnya tidak akan  kembali , malah orangtua nabilah jatuh sakit memikirkan Nabilah , ia lalu sadar bahwa seharusnya yang ia bisa lakukan sekarang adalah dengan mengirim doa untuk sahabatnya.  
Nabilah melihat mamanya telah membuka mata,  langsung saja ia berlari memanggil suster dan Papanya, setelah memeriksa dan dokter mengatakan mamanya akan kembali pulih total esok hari, seketika  hati Nabilah menjadi lega. 
 “maafin Nabilah ma” ucap tulus Nabilah sambil memeluk mamanya. 
 “kamu tidak apa-apa nak?” tanya Mama nabilah yang hanya dibalas anggukan. 
 “kamu jangan begini terus, kamu masih punya kami , Mama dan Papa juga merasa kehilangan, dua kali melebihi rasa kehilangan yang kamu rasakan. Kehilangan sahabat kamu yang kami sudah anggap anak, dan kehilangan anak sendiri . Mama hampir melupakan sosok anak Mama yang dulu, karena sekarang sosoknya tak lebih dari seorang pemurung. Bahkan Mama dan Papa tidak mampu menjadi penopang bagi anak sendiri. Kamu tau betapa sedihnya Mama melihat kamu?” jelas sang Mama sambil memegang tangan anaknya. 
 “jika kamu tersesat maka jadikanlah kami sebagai kompas mu, jika kamu terjatuh jadikanlah kami sebagai tempat mu berpijak, jika kamu bersedih jadikan kami sapu tangan mu nak. Kamu tidak sendiri, kamu masih punya Mama dan Papa yang menyayangimu, memperdulikanmu, bahkan jika kamu melupakan kami , kami akan terus mengingat mu” sambung sang Papa sambil merangkul pundak anaknya. 
 “makasih ma, pa . Nabilah minta maaf. Nabilah akan belajar dari semua ini” ucap Nabilah sambil memeluk kembali mamanya kemudian memeluk Papanya. 
 Dua hari setelah sang Mama keluar dari rumah sakit, Nabilah kembali masuk sekolah dan mengejar ketertinggalannya, sepulang sekolah hari ini ia berkunjung ke pusara sahabatnya 
 “hey Rena. Kamu jangan marah kalau sekarang aku sering tersenyum. Bukan karena aku telah melupakan mu. Aku minta maaf , mungkin sekarang aku masih sedih tapi aku tidak lagi meratapi kepergian mu Rena. Aku minta maaf juga karena selama ini tidak sempat
mengirimkanmu doa. Kamu akan terus menjadi sahabatku semarah apapun aku padamu, kamu tau itu kan?” Nabilah menundukan kepala sejenak kemudian mengirimkan doa untuk sahabatnya, lalu tersenyum berjalan meninggalkan pusara sahabatnya.  
Sebelum masuk mobil dimana Mama dan Papanya sudah menunggu, Nabilah merasakan angin yang begitu sejuk tengah menerpa pipinya , Nabilah menutup mata sejenak merasakan belaian lembut tangan sahabatnya dan berkata dalam hati  
 “terimakasih”  
.. 
"oh ia... aku uda maafin kamu soal Handphone aku kok.. hehe" 
ucap Nabilah sekali lagi setelah itu naik kemobil dan kembali kerumah dan menjalani kehidupan normalnya kembali.    
-tamat-

{ 2 komentar... read them below or Comment }

  1. Jhiaahh...
    Bagus min,
    Lanjutkan!
    Tapi knp Harus Rena yg meninggal?
    CERITA ini Bikin Ane Tambah Galau min!!
    Sumpeh! ;( ;( ;(

    ReplyDelete
  2. galau mana, sama rena yg selingkuh sama gue,,, (c)

    ReplyDelete